KEBERUNTUNGAN SEJATI
Gede Prama
SEBUAH kata magis yang bisa menentukan hidup matinya karier di dunia korporasi dan perbankan adalah �untung�. Sahabat-sahabat yang menjadi direksi setiap menjelang rapat umum pemegang saham (RUPS) selalu menghitung kancing baju: dipilih, tidak. Sahabat yang menjadi manajer dan karyawan, gaji dan bonus setiap tahun kenaikannya seperti gelombang lautan dan keuntungan menjadi faktor paling menentukan dalam hal ini. Untuk itulah, maka mudah dimaklumi bila hampir semua energi ditujukan untuk mengejar keuntungan.
Mungkin karena pengaruh dunia korporasi dan perbankan yang semakin besar dari hari ke hari, spirit mengejar keuntungan ini kemudian menyebar luas ke mana-mana. Lebih-lebih ketika lahir sistem multi level marketing, agresifnya pemasaran asuransi, menjalarnya penjualan langsung yang melibatkan banyak ibu rumah tangga. Sehingga, menyebarkan energi panas mencari keuntungan ke mana-mana.
Sebagai kekuatan pendorong kemajuan dan kemakmuran ekonomi, tentu saja ini boleh-boleh saja. Tidak ada yang melarang mencari keuntungan, sejauh dilakukan dalam rel yang tepat. Namun, sejalan dengan semakin panasnya kehidupan di mana-mana, mungkin kehidupan memerlukan kekuatan penyejuk sebagai penyeimbang.
Peperangan, bom teroris, pemanasan global, krisis keuangan dunia, kejahatan, depresi, kriminalitas, hanyalah sebagian contoh kehidupan yang memanas. Sebagaimana api yang panas, tanpa kesejukan air ia akan menghabiskan segala-galanya.
Bila boleh jujur, di setiap putaran waktu ada air dan api. Sayang, banyak manusia karena dikendalikan nafsu berlebihan kemudian memilih api. Tanpa menyadari konsekuensi dalam bentuk terbakar stres kemudian. Ada juga manusia yang memilih air sejuk kehidupan (berdoa, beramal, meditasi, dan lain-lain) karena terpaksa seperti sakit berkepanjangan, banyak sial. Tidak ada yang buruk dalam hal ini. Semuanya hanya cara pintu spiritual terbuka. Namun, para bijaksana lain lagi. Ia menggunakan api maupun air sebagai kendaraan pertumbuhan.
Bila memasak pakailah api. Jika mandi gunakanlah air. Demikian juga dengan kehidupan. Bagi para sahabat yang masih muda (biologis, psikologis, spiritual) cenderung mendekat dengan api keinginan, cita-cita, target, pertumbuhan. Bagi mereka yang sudah menua, secara alamiah akan menjauh dari hawa panas keinginan. Ia sesederhana ikan yang nyaman di air, burung yang aman di udara. Salah satu sahabat yang sudah menua pernah berpesan, pertumbuhan kehidupan seperti berjalan ke puncak gunung. Tambah lama hawanya tambah sejuk. Seorang guru memesona pernah berpesan kepada murid-muridnya: contentment is the greatest wealth. Rasa berkecukupan, itulah kekayaan teragung.
Dengan peta seperti ini, bukan maksud tulisan ini merendahkan sahabat yang banyak keinginan, meninggikan sahabat yang bahagia dalam berkecukupan. Sejujurnya, semua bertumbuh. Serupa binatang, ada yang lahir dari rahim, ada yang menetas dari telur, ada yang muncul di kelembaman. Tugas kita sama, bertumbuh sesuai dengan jalan masing-masing, kemudian memberikan ruang kepada orang lain yang menempuh jalan berbeda.
Bagi kebanyakan orang, perampok, pemerkosa, memang mudah mengundang antipati. Namun, jangan lupa, karena mereka dihukum dan dibenci, maka banyak manusia menjauh dari pekerjaan ini. Bagi kebanyakan manusia, kaya, terkenal, dikagumi memang diidolakan. Hanya, tolong dicatat, kekayaan, keterkenalan kerap tergelincir dalam keakuan yang berlebihan. Ini kemudian membuat kehidupan mudah frustasi, sakit hati yang memproduksi penyakit dan depresi.
Berbekalkan bahan-bahan seperti ini, para bijaksana kemudian belajar seperti langit. Dari ruang luas yang tinggi di atas sana kemudian menyaksikan dengan penuh pengertian, semua ada tempatnya, semua ada putaran waktunya. Namun, begitu bertindak, para bijaksana belajar rendah hati seperti bumi. Apa pun yang dilemparkan ke bumi diolah menjadi bunga dan buah. Bunga spiritual bernama pengertian mendalam. Buah spiritual adalah cinta dan kasih sayang.
Makanya, ada yang berpesan, bisa memandang setinggi langit dan bertindak serendah hati bumi, itulah keberuntungan sejati.