Penulisnya sahabatku.
by Abdullah Hasan Alhabsyi on Tuesday, January 4, 2011 at 6:14am
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Wa Idza Saalaka Ibady 'Anny, Fa Inny Qoriibun. Ujiibu Da'Wata d-Daa'I Idzaa Da'ani. Fa l-Yastajiibuu Ly, Wa l-Yukminuu By , La'allahum Yarsyuduun. ( 2: 186 )
Dan bila kamu ditanya hambaKu mengenai diriKu, sesungguhnya Aku ini dekat sekali. Aku ( akan ) menjawab doa yang bermohon , jika dia memang memanggilKu. Maka, jawablah panggilanKu, dan percayalah padaKu , dari itu semoga mereka berjalan di jalur yang tepat.( 2: 186 )
=========================================================================
Fa Inny...
Wa Idza Saalaka Ibady 'Anny, Fa Inny Qoriibun.
Dan bila kamu ditanya hambaKu mengenai diriKu, sesungguhnya Aku ini dekat sekali
Redaksi ayat diatas disusun dengan gaya bicara orang pertama , mengesankan betapa pentingnya urusan, sehingga Allah seolah bicara langsung. Kemudian lihatlah kata "Ibaady , hambaKu", bukan " orang-orang" untuk mempertegas keakraban dan fokus. Kemudian Fa Inny Qoriibun ,sesungguhnya Aku ini dekat sekali : kalimat jawaban ini diberikan "langsung" setelah pertanyaan tanpa kata sela seperti " maka katakanlah pada mereka bahwa ". Dan lihat lagi kata serius Inny , sesungguhnya. Tidak cukup dengan kata "dekat" , tapi sungguh-sungguh dekat, dekat sekali. Kedekatan dari pembicara juga diungkapkan dengan kata keadaan "dekat", bukan dengan kata kerja seperti " Aku datang mendekat", dsb. Maknanya, Dia "telah-dekat" dan "akan-selalu-dekat".
Ayat 186 yang relatif pendek ini mengulang bentuk orang pertama sebanyak tujuh kali. Menurut Thabatha'i redaksi seperti ini hanya terjadi sekali dalam seluruh susunan ayat Al-Quran.
Ibady....
Wa Idza Saalaka Ibady 'Anny, Fa Inny Qoriibun.
Dan bila kamu ditanya hambaKu mengenai diriKu, sesungguhnya Aku ini dekat sekali
Hamba atau budak ( Ubuudiyyah ) adalah status keadaan "dimiliki". Status tersebut tidak dikenakan selain kepada jenis makhluk cerdas (intelejen) seperti manusia atau malaikat. Tidak sama dengan pemilikan oleh manusia yang selalu terbatas, pemilikan oleh Allah adalah pemilikan absolut, total dan meliputi. HambaNya, sama sekali tidak punya otoritas yang bebas dari pemiliknya yaitu Allah. Itu meliputi baik diri mereka sendiri, maupun semua yang berhubungan dengan mereka seperti anak, isteri, harta-benda, kehormatannya, tubuhnya , matanya, kupingnya, haknya, geraknya , dst. Kepemilikan relatif yang ada pada seseorang: harta, mata , telinga , dsb, adalah hanya bisa terjadi akibat ijin Allah yang membolehkan hubungan kepemilikan relatif itu bisa terjadi. Secara ekstrim, bila Allah tidak memberikan "diri" pada seseorang, yang terjadi adalah "ketiadaan" . Non-existent.
Karena totalnya kepemilikan Allah pada hambaNya, seakan Allah selalu berada diantara diri dan "milik" hamba. Antara tubuh dan diri , antara dia dan anaknya, isteri-suaminya, temannya, harta-bendanya, kehormatannya, dan hak-haknya. Dia selalu berada diantara diri dan benda lain. Secara harfiah, Dia adalah yang paling dekat dengan makhlukNya. Dengan lain perkataan, Dia adalah Yang Dekat dalam makna yang paling hakiki.
Simak Firman-firmannya :
Wa Nahnu Aqrobu Ilaihi minkum walaakin Laa Tubsiruun ( 56:85 )
Dan Kami lebih dekat padanya daripadamu , tetapi kamu tidak dapat melihat.
Wa Nahnu Aqrobu ilaihi min Khablil Waariid ( 50: 16 )
Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.
Wa'lamuu Annallaha Yakhulu bainal Mar-i wa Qolbihii ( 8: 24 )
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berada diantara manusia dan hatinya ( akal-budinya).
Ayat diatas menyebutkan fakta bahwa Allah menjawab setiap doa permohonan seseorang. Ayat tsb juga menyebutkan "alasan"nya . Karena pemohon adalah hamba Allah, maka dia amat dekat dengan Allah. Karena Allah paling dekat, maka tidak ada lagi benda yang bisa "menghalangi" jawaban dari Allah.
Ujiibu......
Ujiibu Da'wata d-Daa'I Idzaa Da'ani
Aku ( akan ) menjawab doa yang bermohon , jika dia memang memanggilKu
Du'a , doa dan Dakwah , berarti usaha menarik perhatian dari pemanggil kepada yang dipanggil. Su'aal , permintaan, adalah usaha mengambil manfaat dari seseorang yang telah ditarik perhatiannya. Dari itu bisa dikatakan bahwa su'aal , permintaan, adalah tujuan akhir dari suatu du'a atau panggilan.
Ujiibu adalah fiil mudhoori' , kata kerja "saat-ini" dan "saat-akan-datang". Dari situ diartikan bahwa Allah tetap akan menjawab doa terus-menerus, saat ini dan saat akan datang. Penggalan kalimat kedua , Idzaa Da'ani , Jika dia dia memang memanggilKu , seolah-olah merupakan syarat dijawabnya sebuah doa. Namun bila diperhatikan kalimat tersebut hanya sebagai penegasan, yang membebaskan kata pertama ( Da'Wata ) dari segala metafor dan analogi : betul-betul memanggilKu. ( Dalam contoh kalimat lain, Dengarlah nasihat Konsultan ahli, bila dia benar konsultan ahli ). Jadi sebetulnya Allah tidak memberikan syarat apapun untuk dijawabnya sebuah doa. Jadi, bagaimana "betul-betul-berdoa" itu ? Betul-betul berdoa adalah bukan sekedar suara dari goyangan lidah. Tapi dia adalah doa yang keluar dari nurani fitri seseorang, dimana hati paling dalam sadar, seirama dengan suara yang keluar akibat goyangnya lidah.
Thabatha'i mencatat bahwa Allah menyebut doa permohonan dimana lidah tidak digunakan sama sekali :
Wa aataakum min kulli maa saaltumuhu. Wa in ta'udduu ni'matallaahi laa tuhshuuhaa . Innal Insaana ladholuumun Kaffar.( 14:34 ).
Dan dia telah memberikan semua yang kamu minta padaNya. Dan jika kamu menghitung nikmat karuniaNya, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu amat tidak adil ( zalim ) dan amat tidak tahu berterimakasih ( pengingkar karunia ).
Yasaluhu man fis samawaati wal ardhi. Kulla yaumin huwa fi Sya'n ( 55:29)
Semua yang ada dilangit dan dibumi selalu bermohon padaNya. Tiap hari Dia dalam kesibukan ( baru).
Ayat ini menunjukkan permohonan yang dilakukan oleh bukan lidah. Tapi permintaan dan permohonan dilakukan oleh "fitrah- kebutuhan" seluruh sel-sel hidup manusia dan seluruh eksistensi. Dengan kata lain : Permohonan yang dilakukan oleh lidah eksistensi. Allah telah menanam kedalam setiap makhluknya , potensi fitrah seperti itu. Fitrah "hanya menujukan" permohonan pada Allah. Pada perjalanan hidupnya, kesadaran manusia sering terkecoh melihat pada yang lain. Manusia sering melihat "sebab" sebagai "sekutu" Tuhan yang dikira olehnya adalah juga sumber karunia , pemenuh kebutuhannya. Dalam ayat lain, Allah berusaha mengingatkan, untuk membangkitkan potensi tersebut yang biasanya secara refleks muncul bila manusia dalam keadaan bahaya maut ( berdoa kepada Allah ) :
(6:63-64) : Katakanlah ! siapa yang menyelamatkanmu dari gelapnya kesulitan didarat dan dilaut. Waktu itu kamu dengan khusyu , dan berendah diri , memohon pelahan : Sungguh! Bila Allah menyelamatkan diri kami niscaya kami akan penuh syukur terimakasih. Katakanlah!: Allah menyelamatkan kamu dari kesulitan dan ketakutan itu, setelah itu kamu kembali menyekutukanNya .
(6:40-41): Mengakulah! (Katakanlah! ): Bila Siksaan Allah kepadamu pada hari kiamat, apakah kamu menyeru Tuhan selain Allah , jika kamu berkata benar. Tidak! Hanya kepada Dialah kamu menyeru, dan dengan kehendakNya, Dia menghilangkan bahaya yang kamu mohonkan itu. Kamu pun akan melupakan semua sekutu-sekutu yang kamu rekayasa.
Kesimpulannya, semua doa permohonan akan selalu dijawab dan dikabulkan oleh Allah s.w.t. Bila tidak, itu hanya karena salah-satu atau kedua jenis doa dibawah :
1. Doa yang pada hakekatnya bukan doa samasekali. Yang terjadi adalah "semacam kesalah-pahaman" dari sang pemohon. Seseorang yang berdoa bermohon agar seorang temannya yang sakit dikaruniai kesembuhan. Tanpa sepengatahuan pemohon, sang teman sebetulnya telah meninggal dunia saat doa dipanjatkan. Jenis salah-paham lain , adalah doa yang bila secara harfiah dipenuhi, maka inti doa malahan tidak akan terpenuhi. Contohnya, seorang minta kekayaan lebih , tentunya untuk menambah kebahagiaan dunianya. Bila itu dipenuhi, bukan kebahagiaan yang akan dicapai . Kesusahan akan muncul akibat keluarga berantakan, anak-anak tenggelam pada narkoba, pecahnya kesatuan keluarga dan lain sebagainya.
2. Doa yang tidak sesuai dengan fitrah, doa yang tidak "alami". Doa dilakukan , tapi tidak eksklusif ditujukan pada Allah semata.
Sayyidina Ali....
Dalam wasiat kepada anaknya Sayyidina Husain, Sayyidina Ali berpesan :
" Maka Dia meletakkan kunci khazanah kekayaanNya ditanganmu dalam arti dia mebolehkan kamu untuk memintanya. Dari itu , ketika kamu menginginkannya, datangi pintu khazanah itu, bukalah dengan doa. Dan kemudian berhujan-hujanlah pada karunianya yang turun menjatuhimu.
Tertundanya penerimaan permohonan doa janganlah mengecewakanmu. Karena anugerahNya diukur dari ketulusanmu. Kadang-kadang, jawaban doamu sedikit tertunda guna anugerah karunia yang lebih besar dari harapanmu. Suatu waktu kamu minta sesuatu, tidak dikabulkan. Namun gantinya adalah yang lebih baik dari yang kamu minta, segera, atau sedikit lambat. Kadang Allah mengalihkan perhatianmu akan sesuatu untuk sesuatu kebaikan yang lebih besar bagimu. Karena kamu mungkin meminta sesuatu yang dapat merusak agamamu.
Dari itu doamu seharusnya untuk yang keindahannya akan tinggal menetap padamu. Yang keburukannya akan tetap jauh darimu. Kekayaan harta-benda itu tidak akan kekal bersamamu. Kamu pun tidak akan kekal bersamanya. "
( Nahjul Balaghoh).
( catatan diatas adalah contoh tentang bagaimana membaca alquran, didapat dari tafsir al-mizan )
by Abdullah Hasan Alhabsyi on Tuesday, January 4, 2011 at 6:14am
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Wa Idza Saalaka Ibady 'Anny, Fa Inny Qoriibun. Ujiibu Da'Wata d-Daa'I Idzaa Da'ani. Fa l-Yastajiibuu Ly, Wa l-Yukminuu By , La'allahum Yarsyuduun. ( 2: 186 )
Dan bila kamu ditanya hambaKu mengenai diriKu, sesungguhnya Aku ini dekat sekali. Aku ( akan ) menjawab doa yang bermohon , jika dia memang memanggilKu. Maka, jawablah panggilanKu, dan percayalah padaKu , dari itu semoga mereka berjalan di jalur yang tepat.( 2: 186 )
=========================================================================
Fa Inny...
Wa Idza Saalaka Ibady 'Anny, Fa Inny Qoriibun.
Dan bila kamu ditanya hambaKu mengenai diriKu, sesungguhnya Aku ini dekat sekali
Redaksi ayat diatas disusun dengan gaya bicara orang pertama , mengesankan betapa pentingnya urusan, sehingga Allah seolah bicara langsung. Kemudian lihatlah kata "Ibaady , hambaKu", bukan " orang-orang" untuk mempertegas keakraban dan fokus. Kemudian Fa Inny Qoriibun ,sesungguhnya Aku ini dekat sekali : kalimat jawaban ini diberikan "langsung" setelah pertanyaan tanpa kata sela seperti " maka katakanlah pada mereka bahwa ". Dan lihat lagi kata serius Inny , sesungguhnya. Tidak cukup dengan kata "dekat" , tapi sungguh-sungguh dekat, dekat sekali. Kedekatan dari pembicara juga diungkapkan dengan kata keadaan "dekat", bukan dengan kata kerja seperti " Aku datang mendekat", dsb. Maknanya, Dia "telah-dekat" dan "akan-selalu-dekat".
Ayat 186 yang relatif pendek ini mengulang bentuk orang pertama sebanyak tujuh kali. Menurut Thabatha'i redaksi seperti ini hanya terjadi sekali dalam seluruh susunan ayat Al-Quran.
Ibady....
Wa Idza Saalaka Ibady 'Anny, Fa Inny Qoriibun.
Dan bila kamu ditanya hambaKu mengenai diriKu, sesungguhnya Aku ini dekat sekali
Hamba atau budak ( Ubuudiyyah ) adalah status keadaan "dimiliki". Status tersebut tidak dikenakan selain kepada jenis makhluk cerdas (intelejen) seperti manusia atau malaikat. Tidak sama dengan pemilikan oleh manusia yang selalu terbatas, pemilikan oleh Allah adalah pemilikan absolut, total dan meliputi. HambaNya, sama sekali tidak punya otoritas yang bebas dari pemiliknya yaitu Allah. Itu meliputi baik diri mereka sendiri, maupun semua yang berhubungan dengan mereka seperti anak, isteri, harta-benda, kehormatannya, tubuhnya , matanya, kupingnya, haknya, geraknya , dst. Kepemilikan relatif yang ada pada seseorang: harta, mata , telinga , dsb, adalah hanya bisa terjadi akibat ijin Allah yang membolehkan hubungan kepemilikan relatif itu bisa terjadi. Secara ekstrim, bila Allah tidak memberikan "diri" pada seseorang, yang terjadi adalah "ketiadaan" . Non-existent.
Karena totalnya kepemilikan Allah pada hambaNya, seakan Allah selalu berada diantara diri dan "milik" hamba. Antara tubuh dan diri , antara dia dan anaknya, isteri-suaminya, temannya, harta-bendanya, kehormatannya, dan hak-haknya. Dia selalu berada diantara diri dan benda lain. Secara harfiah, Dia adalah yang paling dekat dengan makhlukNya. Dengan lain perkataan, Dia adalah Yang Dekat dalam makna yang paling hakiki.
Simak Firman-firmannya :
Wa Nahnu Aqrobu Ilaihi minkum walaakin Laa Tubsiruun ( 56:85 )
Dan Kami lebih dekat padanya daripadamu , tetapi kamu tidak dapat melihat.
Wa Nahnu Aqrobu ilaihi min Khablil Waariid ( 50: 16 )
Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya.
Wa'lamuu Annallaha Yakhulu bainal Mar-i wa Qolbihii ( 8: 24 )
Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah berada diantara manusia dan hatinya ( akal-budinya).
Ayat diatas menyebutkan fakta bahwa Allah menjawab setiap doa permohonan seseorang. Ayat tsb juga menyebutkan "alasan"nya . Karena pemohon adalah hamba Allah, maka dia amat dekat dengan Allah. Karena Allah paling dekat, maka tidak ada lagi benda yang bisa "menghalangi" jawaban dari Allah.
Ujiibu......
Ujiibu Da'wata d-Daa'I Idzaa Da'ani
Aku ( akan ) menjawab doa yang bermohon , jika dia memang memanggilKu
Du'a , doa dan Dakwah , berarti usaha menarik perhatian dari pemanggil kepada yang dipanggil. Su'aal , permintaan, adalah usaha mengambil manfaat dari seseorang yang telah ditarik perhatiannya. Dari itu bisa dikatakan bahwa su'aal , permintaan, adalah tujuan akhir dari suatu du'a atau panggilan.
Ujiibu adalah fiil mudhoori' , kata kerja "saat-ini" dan "saat-akan-datang". Dari situ diartikan bahwa Allah tetap akan menjawab doa terus-menerus, saat ini dan saat akan datang. Penggalan kalimat kedua , Idzaa Da'ani , Jika dia dia memang memanggilKu , seolah-olah merupakan syarat dijawabnya sebuah doa. Namun bila diperhatikan kalimat tersebut hanya sebagai penegasan, yang membebaskan kata pertama ( Da'Wata ) dari segala metafor dan analogi : betul-betul memanggilKu. ( Dalam contoh kalimat lain, Dengarlah nasihat Konsultan ahli, bila dia benar konsultan ahli ). Jadi sebetulnya Allah tidak memberikan syarat apapun untuk dijawabnya sebuah doa. Jadi, bagaimana "betul-betul-berdoa" itu ? Betul-betul berdoa adalah bukan sekedar suara dari goyangan lidah. Tapi dia adalah doa yang keluar dari nurani fitri seseorang, dimana hati paling dalam sadar, seirama dengan suara yang keluar akibat goyangnya lidah.
Thabatha'i mencatat bahwa Allah menyebut doa permohonan dimana lidah tidak digunakan sama sekali :
Wa aataakum min kulli maa saaltumuhu. Wa in ta'udduu ni'matallaahi laa tuhshuuhaa . Innal Insaana ladholuumun Kaffar.( 14:34 ).
Dan dia telah memberikan semua yang kamu minta padaNya. Dan jika kamu menghitung nikmat karuniaNya, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu amat tidak adil ( zalim ) dan amat tidak tahu berterimakasih ( pengingkar karunia ).
Yasaluhu man fis samawaati wal ardhi. Kulla yaumin huwa fi Sya'n ( 55:29)
Semua yang ada dilangit dan dibumi selalu bermohon padaNya. Tiap hari Dia dalam kesibukan ( baru).
Ayat ini menunjukkan permohonan yang dilakukan oleh bukan lidah. Tapi permintaan dan permohonan dilakukan oleh "fitrah- kebutuhan" seluruh sel-sel hidup manusia dan seluruh eksistensi. Dengan kata lain : Permohonan yang dilakukan oleh lidah eksistensi. Allah telah menanam kedalam setiap makhluknya , potensi fitrah seperti itu. Fitrah "hanya menujukan" permohonan pada Allah. Pada perjalanan hidupnya, kesadaran manusia sering terkecoh melihat pada yang lain. Manusia sering melihat "sebab" sebagai "sekutu" Tuhan yang dikira olehnya adalah juga sumber karunia , pemenuh kebutuhannya. Dalam ayat lain, Allah berusaha mengingatkan, untuk membangkitkan potensi tersebut yang biasanya secara refleks muncul bila manusia dalam keadaan bahaya maut ( berdoa kepada Allah ) :
(6:63-64) : Katakanlah ! siapa yang menyelamatkanmu dari gelapnya kesulitan didarat dan dilaut. Waktu itu kamu dengan khusyu , dan berendah diri , memohon pelahan : Sungguh! Bila Allah menyelamatkan diri kami niscaya kami akan penuh syukur terimakasih. Katakanlah!: Allah menyelamatkan kamu dari kesulitan dan ketakutan itu, setelah itu kamu kembali menyekutukanNya .
(6:40-41): Mengakulah! (Katakanlah! ): Bila Siksaan Allah kepadamu pada hari kiamat, apakah kamu menyeru Tuhan selain Allah , jika kamu berkata benar. Tidak! Hanya kepada Dialah kamu menyeru, dan dengan kehendakNya, Dia menghilangkan bahaya yang kamu mohonkan itu. Kamu pun akan melupakan semua sekutu-sekutu yang kamu rekayasa.
Kesimpulannya, semua doa permohonan akan selalu dijawab dan dikabulkan oleh Allah s.w.t. Bila tidak, itu hanya karena salah-satu atau kedua jenis doa dibawah :
1. Doa yang pada hakekatnya bukan doa samasekali. Yang terjadi adalah "semacam kesalah-pahaman" dari sang pemohon. Seseorang yang berdoa bermohon agar seorang temannya yang sakit dikaruniai kesembuhan. Tanpa sepengatahuan pemohon, sang teman sebetulnya telah meninggal dunia saat doa dipanjatkan. Jenis salah-paham lain , adalah doa yang bila secara harfiah dipenuhi, maka inti doa malahan tidak akan terpenuhi. Contohnya, seorang minta kekayaan lebih , tentunya untuk menambah kebahagiaan dunianya. Bila itu dipenuhi, bukan kebahagiaan yang akan dicapai . Kesusahan akan muncul akibat keluarga berantakan, anak-anak tenggelam pada narkoba, pecahnya kesatuan keluarga dan lain sebagainya.
2. Doa yang tidak sesuai dengan fitrah, doa yang tidak "alami". Doa dilakukan , tapi tidak eksklusif ditujukan pada Allah semata.
Sayyidina Ali....
Dalam wasiat kepada anaknya Sayyidina Husain, Sayyidina Ali berpesan :
" Maka Dia meletakkan kunci khazanah kekayaanNya ditanganmu dalam arti dia mebolehkan kamu untuk memintanya. Dari itu , ketika kamu menginginkannya, datangi pintu khazanah itu, bukalah dengan doa. Dan kemudian berhujan-hujanlah pada karunianya yang turun menjatuhimu.
Tertundanya penerimaan permohonan doa janganlah mengecewakanmu. Karena anugerahNya diukur dari ketulusanmu. Kadang-kadang, jawaban doamu sedikit tertunda guna anugerah karunia yang lebih besar dari harapanmu. Suatu waktu kamu minta sesuatu, tidak dikabulkan. Namun gantinya adalah yang lebih baik dari yang kamu minta, segera, atau sedikit lambat. Kadang Allah mengalihkan perhatianmu akan sesuatu untuk sesuatu kebaikan yang lebih besar bagimu. Karena kamu mungkin meminta sesuatu yang dapat merusak agamamu.
Dari itu doamu seharusnya untuk yang keindahannya akan tinggal menetap padamu. Yang keburukannya akan tetap jauh darimu. Kekayaan harta-benda itu tidak akan kekal bersamamu. Kamu pun tidak akan kekal bersamanya. "
( Nahjul Balaghoh).
( catatan diatas adalah contoh tentang bagaimana membaca alquran, didapat dari tafsir al-mizan )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar