Tanggal: 08 Desember 2010 - 12:56 WIB
Sumber: infobanknews.com
Untuk dapat menumbuhkan perekonomian seperti Cina, Indonesia harus mulai melakukan investasi di infrastruktur dengan alokasi anggaran infrastruktur 5% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB). Paulus Yoga
Jakarta--Sangat penting bagi Indonesia untuk mulai membangun infrastruktur untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masa mendatang, seperti yang dilakukan Cina selepas tragedi Tiannanmen di tahun 1989 lalu.
Hal tersebut diutarakan Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik UGM Toni A. Prasetiantono, dalam Seminar Unika Atma Jaya: "Perbankan Indonesia Menghadapi Ketidakpastian Global" di Jakarta, pada 8 Desember 2010.
"Cina sendiri mulai reformasi ekonomi selepas tragedi Tiannanmen pada 1989, lewat liberalisme ekonomi, desentralisasi dan penguatan remittance, serta pembangunan infrastruktur, yang baru bisa dinikmati tahun 2000," tukasnya.
Menurutnya, Indonesia sendiri sudah melakukan reformasi namun belum sepenuhnya terisi dengan baik, terutama di sektor infrastruktur yang masih memprihatinkan.
Dalam mewujudkan pembangunan infrastruktur sendiri, pemerintah tidak perlu khawatir dengan defisit anggaran pendapatan belanja negara selama itu digunakan untuk pembangunan infrastruktur, sebagai modal pertumbuhan ekonomi di masa mendatang seperti yang telah dilakukan Cina.
"Anggaran Indonesia tetap tidak masalah defisit sampai 2% untuk membangun infrastruktur. Jadi bukan melihat dari sisi laba rugi, tapi benefit dan cost. Jadi, saat ini salah, bila dengan turunnya defisit anggaran dari 1,7% menjadi 1,5% pemerintah terlihat senang. Mustinya sekarang meletakkan basis atau menanam, tidak masalah panennya nanti," papar Toni.
Ia menjelaskan, bahwa idealnya 5% dari PDB dianggarkan untuk membiaya infrastruktur yang kebutuhannya sampai Rp300 triliun, namun saat ini APBN hanya sanggup menyediakan setengah dari nilai tersebut atau sekitar Rp120 triliun sampai Rp140 triliun.
"Jadi, harusnya sisanya untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur itu dari swasta, tapi itu yang tidak kesampaian. Jadi diperlukan langkah strategis, blueprint infrastruktur secara jangka panjang," pungkasnya. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar