Rabu, 05 Januari 2011 23:18 WIB
Penulis : Anindityo Wicaksono
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Hartadi A Sarwono mengatakan, sepanjang 2010, nilai tukar mata uang negara-negara di kawasan Asia mengalami penguatan terhadap dolar AS. Secara relatif, penguatan rupiah pada level 4,4% rata-rata setahun masih lebih rendah dari apresiasi nilai tukar di kawasan.
"Tren menguatnya kurs ini memang ada asosiasinya dengan inflow ke depan. Saya ingatkan bahwa yang namanya quantitative easing paling besar nanti di 2011 karena belum sepenuhnya dilakukan di 2010. Jadi memang masih tren inflow ke depan," ujarnya usai konferensi pers Dewan Gubernur BI di Jakarta, Rabu (5/1).
Hartadi melanjutkan, melihat fenomena ini, bank sentral selalu mencari risiko terburuk dari perkembangan ekonomi global. BI mewaspadai bahwa Eropa masih belum sepenuhnya lepas dari krisis apabila penanganan krisis utang negara-negara Eropa bisa memburuk.
Meski memang diakuinya hal itu tidak terlalu banyak berhubungan langsung dengan tren berusaha di Indonesia. Sebab, Uni Eropa tidak menjadi mitra dagang terkuat Indonesia saat ini. (OL-5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar