Tanggal: 04 Januari 2011 - 16:22 WIB
Sumber: infobanknews.com
Sumber: infobanknews.com
Sejak krisis perbankan 1998, banyak bank diambil alih pemerintah dan akhirnya didivestasi ke pihak asing. Sejalan dengan itu, bank-bank yang ukurannya lebih kecil daripada bank rekap pun disunting investor asing.
Sejak itu, suasana perbankan semakin inggar bingar oleh pasar konsumer. Lihat saja laju pertumbuhan kredit konsumsi yang melonjak selama lima tahun terakhir.
Bank-bank pun mencetak laba besar karena pasar yang digarap adalah pasar kredit konsumer, terutama kredit kepemilikan kendaraan bermotor, kartu kredit, dan kredit kepemilikan rumah.
Termasuk pula kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang 70% merupakan kredit konsumsi atau kredit untuk apa saja.
Menurut data Biro Riset Infobank (birI), pada 2005 kredit konsumsi masih sebesar Rp207 triliun. Lima tahun kemudian (Oktober 2010) membengkak menjadi Rp523 triliun.
Peningkatan kredit konsumsi ini juga menggerakkan perekonomian Indonesia sejak krisis ini. Namun, angka kredit konsumsi ini dari tahun ke tahun kontribusinya relatif tetap, yaitu berkisar 6,75% sampai dengan 7,75%.
Kredit konsumsi atau kredit konsumtif, menurut istilah Bank Indonesia (BI) dalam penggolongan jenis kredit setelah kredit investasi dan modal kerja, berkembang hingga kampung-kampung dan memicu sektor otomotif berkembang demikian pesat.
Peningkatan kredit konsumsi ini dipicu pula oleh berkembangnya multifinance dalam membiayai kredit sepeda motor dan pembelian mobil. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar